Tawajud adalah upaya memohon ekstase ruhani (wujd), melalui salah satu ragam ikhtiar. Orang yang memiliki tawajud tidak dapat dikategorikan sempurna wujd-nya. Sebab, kalau ia sempurna, pasti disebut wajid.
Dalam bab wazan Tafa’ul lebih banyak menampakkan sifat.
Padahal bukan demikian, seperti dalam syair :
Bila kelopak mata menjadi sempit;
Dan padaku tiada lagi sulit membuka
Lalu kurobek mata, tanpa cela.
Ada pandangan yang mengatakan,
“Tawajud tidak terpasrahkan kepada
pemangkunya karena adanya beban dan
masih jauh dari tahqiq.”
Ada pula yang mengatakan :
“Tawajud diserahkan kepada para fakir yang secara internal mengintai untuk menemukan makna-
makna tersebut.”
Hakikat yang bisa dikenal, muncul dari kisah Abu Muhammad al-Jurairy, r.a. bahwa ia berkata : “Ketika aku di sisi al-Junayd, di sana da Ibnu Masruq.
Tiba-tiba Ibnu Masruq dan yang lain berdiri sementara al-Junayd tetap saja diam. Aku berkata, “Tuanku, tidakkah Anda mempunyai suatu pengalaman dalam penyimakan?’
Al-Junayd menjawab :
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka ia tetap ditempatnya, padahal ia berjalan seperti jalannya awan.”
Lalu al-Junayd pun bertanya. “Anda, wahai Abu Muhammad, tidakkah Anda berpengalaman juga dalam penyimakan?’
Aku katakan : “Tuanku, ketika aku hadir di suatu tempat yang di dalamnya sedang berlangsung penyimakan, tiba-tiba di sana ada orang-orang yang bersenang-senang dengan rasa malu, maka aku mengekang diri dan wujd-ku. Ketika aku menghindar, aku mengirimkan wujd-ku, lalu aku ber-tawajud,”
Kemudian kata tawajud disebut dalam hikayat tersebut, sedangkan al-Junayd tidak mengingkarinya.
Saya mendengar Syeikh Abu Ali ad-Daqqaq r.a. berkata :
“Apabila manusia menjaga etika keutamaan saat dalam penyimakan, Allah menjaga diri dan
waktunya, karena berkat etikanya.”
Sedangkan ekstase ruhani (wujd) itu sendiri merupakan sesuatu yang bersesuaian dengan hati Anda, yang datang tanpa kesengajaan ataupun diupayakan.
Karena itu para Syeikh mengatakan : “Wujd adalah persesuaian hati, sedangkan al-mawajid
(jama’ al-wujd) merupakan buah dari wirid.
Setiap orang yang bertambah upaya ruhaninya, Allah pun akan menambah kelembutanya.
0 Response to "Tawajud, Wujd, Dan Wujud"
Posting Komentar